Jumat, 06 Januari 2017

Cara Mengolah Ide Horor Biar Jadi Tulisan yang Menggigit (Part 1)



Oihoihoi ...
Balik lagi nih mau bagi-bagi tip kece buat yang pengin berkecimpung di dunia kepenulisan, khususnya cerita horor.

Kalau kalian udah dapet ide buat novel horor kalian, yuk cus simak cara mengolah idenya di bawah ini yak. Aku buat postingan ini dalam dua part biar nggak kepanjangan dan biar kalian enak waktu membacanya, nggak capek hehe. Plus biar tip dan triknya bisa lebih masuk dan diterapin.


1. Kerangka Cerita




Ini buat yang sebelom bikin cerita kudu bikin kerangkanya dulu. Kalau aku sih jaraaang ... banget soalnya lebih suka langsung nulis aja, nggak peduli itu awalnya dulu, klimaks, atau bahkan ending. Yang penting yang kupikirin saat itu langsung aku tulis aja.

Nah buat yang suka bikin kerangka ceritanya dulu, kalau misal aku kudu bikin kerangka, bakalan kayak gini jadinya:

Judul : Misteri Pintu Merah

Prolog (opsional)

Bagian 1 (Misal kalian membagi cerita kalian menjadi bagian-bagian tertentu yang di dalamnya ada bab-bab lagi) πŸ‘‰ Skip kalau kalian mau langsung ke bab.

Bab 1 


Perkenalan tokoh, latar belakang waktu, tempat dan sebagainya. Biasanya di bagian ini aku buat ceria, lucu biar pembaca nggak langsung merasa "tegang". Istilah yang biasanya kupakai adalah mempersiapkan pembaca buat menyongsong momen-momen serem dan tegang kedepannya. Itu karena biasanya tokoh-tokohnya kubuat memiliki beberapa sifat yang berbeda seperti ceria, kekanak-kanakan, serius dan kaku, maupun dingin. Perbedaan karakter itu bisa membuat cerita kalian lebih berwarna. Sekali ini, ini cara yang aku jalani selama ini. Kalian bisa membuat karakter-karakter khas kalian sendiri yak. 



Contoh nih: 

Kriiing!
Tangan Mina menggapai-gapai ke depan lalu memencet tombol jam wekernya. Dia mengerang sekali sebelum akhirnya menggeliat dan duduk di tepi tempat tidurnya, matanya masih setengah menutup dan rambutnya menutupi sebagian wajahnya. 

Dia lalu mengucek-kucek matanya lalu mengambil kucir rambut yang ada di pergelangan tangannya. Wajahnya terasa lebih lega sekarang. Rambutnya yang sepanjang punggung dengan poni kadang merepotkannya.

Dst.

Bab 2  


Pada bab ini biasanya aku masih membawa pembaca menuju latar belakang lanjutan. Misal ceritanya akan mengarah ke petualangan maut memecahkan misteri. Nah, di bagian bab ini aku bakalan nulis tentang awal mula perjalanan mereka.

Contoh yak:

"Gimana, udah siap?" tanya Ana. 
"Bentar, Alya sama Bimo belum muncul, mereka masih beli makanan dulu buat nginep ntar," jawab Kiki dari seberang ruangan.
"Ya udah, kata Pak Ikhsan, kita udah ditunggu dari tadi pagi. Aku udah bilang kalau kita bakal berangkat sekitar setengah jam lagi, terus perkiraan sampe satu setengah jam lagi," kata Ana.
"Sip! Aku sambil ngecek persiapan ya. Sekalian ngecek mobil," balas Kiki. 

Bab 3 

Masih ngelanjutin bab 2. Misalnya ceritanya mereka udah sampai di rumah di mana petualangan mereka bakalan dimulai. Mereka lalu mengeksplor keseluruhan rumah itu.

 

Bab 4


Mulai ada kejadian atau fenomena aneh yang mengarah ke inti cerita. Misal salah satu tokoh tanpa sengaja menemukan pintu tersembunyi berwarna merah. (sesuai judul Misteri Pintu Merah)

Contoh:

Kiki menatap pintu di depannya. Dahinya berkerut. Dia memegang kenop pintu di depannya, yang tampak tua dan kuno. Tidak terbuka. Dia berusaha lagi, tetap tidak berhasil. Aneh, katanya dalam hati.

Pintu apa itu? Kenapa terkunci?

Dst.


Bab 5


Dimulainya penyelidikan atas penemuan pintu merah tersebut. Di bagian ini jangan langsung terburu-buru yak, santai aja. Bawa pembaca pelan-pelan merasakan ketegangan demi ketegangan. Pencarian informasinya juga diusahain satu persatu. Logika aja nih, masa sih langsung nemu semua kunci buat memecahkan persoalannya? Hehe. 


Bab-Bab selanjutnya masih berkutat di seputar penyelidikan

Terserah mau sampai bab berapa sampai semua petunjuk ditemukan dan pelan-pelan misterinya mulai menemui titik akhir. Jangan lupa sama klimaks ya. Di bagian ini kasih kejutan buat pembaca! Kwkwkw. Kejutannya bisa seputar di balik pintu merah itu. Kenapa pintu merah itu ada di situ? Kenapa dia disembunyikan? Disembunyikan oleh siapa dan kapan?

Ini bakalan menarik banget kalau kalian pinter mengolahnya ya. Buat pembaca kalian terkesima, mainkan emosi pembaca! Bikin mereka nggak mau naruh bukunya sebelum ceritanya kelar! Kwkwkw.  


Bab Akhir


Di bab terakhir ini ada akhir petualangan, gimana nasib semua tokohnya dan sebagainya. Bisa happy ending, bisa sad ending, bisa juga menggantung. Menggantung gimana maksudnya? Jadi gini, ada penulis yang suka bikin pertanyaan nggak terjawab di akhir cerita. Pembaca bisa narik kesimpulan sendiri sesuai keseluruhan cerita, atau membuat teori baru.

Contoh:

"Tunggu," kata Ana tiba-tiba.
Semua teman-temannya memandang dengan penasaran. 
"Kenapa?" tanya Bimo.
"Kalian inget nggak rambut yang ada di belakang kamar pintu merah itu?" tanya Ana.
"Rambut panjang kan? Pirang?" jawab Mina segera.
Ana mengangguk.
"Iya. Tapi aku lihat ada rambut ikal juga di sana, cuma sedikit. Itupun di bagian paling sudut ruangan. Kalau Josephine dikurung sendirian di sana, seharusnya di sana hanya ada rambutnya kan? Dan semua pelayan yang pernah masuk adalah pelayan pribumi."
Semua temannya langsung terperangah. Wajah Alya mulai memucat.
"Jadi ... rambut siapa itu?" tanya Kiki dengan suara pecah.
Tak ada satupun yang menjawab.


Epilog (opsional)




Wokehh, buat bagian selanjutnya sabar dulu yak, kwkwkw. Buat kalian yang lagi nulis, tip di atas tadi bisa coba dipraktikin dulu. Semangaaat!

Kalau ada yang mau ditanyain bisa cus komenπŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€.

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar